Bandung di bayanganku adalah kota yang sejuk, bersahabat, dan
mempunyai banyak tempat wisata menarik. Salah satu wisata yang baru-baru ini
banyak dibicarakan di media sosial adalah Ranca Upas. Sebuah bumi
perkemahan di pegunungan yang masih asri. Berangkat dari Jakarta sekitar jam 1
pagi lewat dan sampai di Ranca Upas sekitar jam 6 pagi, aku disambut dengan udara yang
sangat dingin dan sinar matahari yang hangat. Perpaduan yang sangat pas yang tidak bisa didapatkan di Jakarta.
Dalam perjalanan itu, sebelumnya aku membooking 2 trip ke Ranca
Upas di Explorer.id. Menurutku ini adalah travel paling professional sejauh ini
yang aku ‘pakai’. Karena ia mempunyai aplikasi sendiri di appstore, jadi kamu bisa
booking lewat aplikasi itu dengan mudah. Di H-1, Explorer.id akan membuat grup
whatsapp yang berisi para peserta. Di sana salah satu leader trip
memberitahukan apa saja yang harus dibawa dan di mana titik kumpulnya.
Aku berangkat dari Plaza Semanggi untuk kemudian ‘mengambil’
peserta lain di Jatiwaringin. Sialnya ketika baru saja berangkat sekitar 5
menit, ban bus kami pecah. Namun aku kembali mengacungi jempol keprofesionalitas
explorer id. Mas Bayu, Leader Trip kami saat itu, langsung turun tangan dan tak
lama ia bilang,
“Mohon maaf semuanya, bus pengganti sedang dalam perjalanan.”
Maka kami menunggu sekitar 1 jam dan kembali melakukan perjalanan
panjang yang kira-kira menempuh waktu 4 jam.
Ohya, Mas Bayu juga memberitahukan kepada peserta trip bahwa explorer.id
ini masih berusia dini. Ia baru lahir pada November tahun lalu dibawah usaha
White Horse. Nah, karena di bawah nama White Horse, bus yang kami naiki juga
bus White Horse, dapat dipastikan semua trip akan menggunakan bus besar dan
nyaman satu ini.
Kembali ke Ranca Upas. Sesampainya kami di sana, bahkan belum
sempat cuci muka karena air di sana pun sedingin es, kami langsung menyebar ke
penjuru Ranca Upas untuk mengambil foto. Medan yang kami lalui untuk
berkeliling Ranca Upas cukup menyebalkan. Ada banyak tanah yang lembek di
mana-mana dan membuat sepatumu sukses menjadi kotor. Juga embun yang menempel
di rumput-rumput akan membuat kaus kaki hingga celanamu basah. Maka aku
merekomendasikan untuk membawa sandal dari rumah, agar lebih nyaman mengexplore
tempat ini. Karena ketika aku membeli sandal swallow di sini, harganya cukup
mahal. Hahaha
nggak cinematic |
Orang-orang sepertinya lupa bahwa mereka belum mandi ketika mengambil foto di antara rerumputan, atau dengan baghround pegunungan dan embun yang menyejukan. Beberapa kali aku harus mengencangkan jaket yang kukenakan karena sangat dingin, dan sungguh sepertinya ketika aku datang lagi kesini, aku harus mengenakan jaket lebih tebal!
Untuk mengusir rasa dingin itu, aku membeli indomie yang dijual warung di pinggiran. Dan ya, memakan indomie di tempat seperti ini sangat cocok, di samping juga untuk sarapan sih. Kamu bisa tebak, harga indomie di sini pasti lebih mahal dari tempat lainnya, dan itu benar, tapi sensasi yang diberikakan tidak membohongimu kok.
penampakan indomie |
Berjalan menyusuri Ranca Upas, kamu bisa menyaksikan anak-anak muda yang duduk di depan tenda mereka. Melihatnya membuatku merasa ingin bermalam di sini, sepertinya seru deh. Apalagi bisa masak sendiri, tidur di bawah langit malam yang bersih, atau bernyayi bersama teman-teman di depan api unggun.
Setelah puas berfoto ria di area Bumi Perkemahan Ranca Upas, aku
menuju penangkaran Rusa yang masih berada di area yang sama. Tidak ada tiket
masuk di sini, hanya saja ada yang berjualan kangkung (Rp. 5000) dan wortel
(Rp. 10.000) untuk bisa bercengkrama dengan hewan menggemaskan itu.
Rusa di sini terkenal jinak dan cenderung narsis. Walau ya, ketika
kamu turun dari tangga dan menemui mereka, mereka akan terus mengejarmu jika
makanan yang kamu bawa belum habis dan akan terus seperti itu. Bercengkrama
bersama rusa di pagi hari dengan sinar matahari yang hangat agaknya seperti
liburan yang menyenangkan dan cukup bisa membuang penatmu.
Sebenarnya di sini juga ada pemandian air panas, tempat penahan,
kids zone dan semacamnya. Tapi aku tidak mencobanya karena mungkin tenaga yang
tidak cukup untuk melakukan itu semua. Tapi mungkin lain waktu aku akan
mencobanya sih.
Sekitar 3 jam di tempat ini, kami menuju tempat oleh-oleh sekitar
jam 9 pagi untuk kemudian dilanjut menuju D’riam Resort.
Di tempat oleh-oleh, aku tidak membeli banyak makanan karena ya
memang males aja sih. Aku lupa apa nama tempat oleh-oleh ini, tapi di sini
cukup lengkap, mulai dari asinan hingga krupuk kulit, dan banyak lagi.
30 menit di tempat oleh-oleh, kemudian kami segera dibawa ke D’riam Resort,
sampai di sana sekitar jam 11 menuju siang. Di sini kami harus menunggu
administrasi untuk bisa masuk. Dan dalam menunggu itu, peserta bisa mandi
terlebih dahulu atau makan atau istirahat.
Aku memutuskan untuk makan siang. Ada banyak food court di tempat
ini. Aku sampai bingung harus membeli yang mana. Hingga akhirnya pilihan itu
jatuh pada ayam kecap dengan nasi. Harganya relatif murah untuk tempat seperti
ini. Dan rasanya juga enak.
melihat mbaknya makan |
sebuah struk |
D’riam pada dasarnya adalah sebuah penginapan, tapi di sana ada banyak spot-spot foto yang (aku tidak tahu pasti) bisa disewa oleh beberapa orang atau
sekelompok. Hal itu sudah tergambar jelas ketika kamu baru saja memasuki resort tersebut. Tampat itu menurutku cukup strategis, berada di dataran tinggi dan
dilewati oleh sungai yang deras.
Spot-spot foto di sana hampir semuanya ramai, jadi kami harus
mengantre untuk mengabadikan momen liburan ini. Konon spot yang paling hits
adalah di sebuah jembatan bambu, dan memang di sana sangat instagramabel. Ada beberapa
spot yang ‘dijaga’ oleh seorang fotografer ada juga yang tidak, salah satunya
yang ada fotografernya adalah di jembatan bambu ini. Kamu harus mengantre
lumayan panjang. Dan sialnya ketika aku mengantre, aku bertemu ibu-ibu yang
dengan kekuatan dunia-akhiratnya selalu menyelak kami yang, seolah tak punya
kuasa untuk melawan. Tapi yasudahlah, anggap saja ujian kesabaran.
sebuah potret kesabaran |
Ohya, kamu juga bisa menyetak hasil foto itu dengan harga Rp.
5000/foto.
Setelah puas berfoto ria di tempat menyenangkan ini, kami kembali
ke bus kira-kira jam 2 siang dan bus berjalan sekitar jam setengah 3 untuk
pulang ke Jakarta. Orang-orang di dalam bus sudah mulai lelah dan selama
perjalanan pulang, banyak yang tidur pulas.
Secara keseluruhan, trip ini sangat menghiburku yang sedang
mencari alternatif liburan singkat dan tidak jauh-jauh amat. Pihak explorer.id
yang dalam hal ini diwakili oleh Mas Bayu juga, sekali lagi, memberi kesan professional.
Dengan harga Rp. 175.000 (belum termasuk diskon dengan kode
#antibosan) kamu sudah bisa liburan sehari di dua tempat yang menyenangkan. Pemesanannya
juga mudah, tinggal buka aplikasinya dan boom!
liburan deh.
Di samping itu aku juga mengaggumi betapa kuatnya dampak sosial
media bagi bisnis trip seperti ini. Semakin banyak orang mengupload foto di
media sosial di suatu tempat, semakin banyak orang ingin mungunjungi. Dan itu
membuat semakin banyaknya travel yang mulai menjamur. Dan untuk itu, aku
merekomendasikan explorer.id untuk teman liburanmu karena ya tadi,
alasan-alasan di atas itu.
Baik, karena tulisan ini sudah cukup panjang, maka aku akhiri saja ya. Selamat liburan, jangan lupa bahagia..***
Instagram explorer.id: di sini
Lihat foto dan video saya di instagram: di sini