KOMUNITAS LITERASI DI SEKOLAH



Tanggal 10 September kemarin, aku datang ke IIBF di JCC Senayan. Tentu saja ada banyak buku-buku dan diskusi-diskusi. Bahkan tidak hanya dari Indonesia, luar negeri pun turut memeriahkan. Namun tahun ini, bukan itu yang membuatku takjub. Yang membuatku takjub adalah dari sekian banyak both komunitas ada satu komunitas yang di plangnya tertulis jelas: komunitas literasi SMP Kristen 1 Penabur Jakarta.

 
both komunitas literasi SMPK 1 Penabur
 
Di sana dipajang karya-karya anak SMPK 1 Penabur dan guru-guru yang berupa buku. Yang menjaga both itu juga (tampaknya) guru, mereka berdua sangat antusias ketika ada pengunjung yang datang untuk sekadar bertanya-tanya tentang apa gerangan komunitas literasi ini? Sayang aku tidak sempat bertanya-tanya di both itu, sebab ketika aku datang, both itu sedang ramai pengunjung.
Aku selalu merasa’wow’ jika ada sekolah yang mementingkan literasi. Sebab aku tahu betul untuk ukuran sekolah, menyebar virus-virus literasi itu sangat sulit. Sebab di benak mereka, literasi itu adalah buku, membaca, menulis, membosankan, tidak ada guna, masih banyak hal yang harus diselesaikan daripada memikirkan literasi.

bermain di both KPK di IIBF 2017
Tapi SMPK 1 Penabur ini tidak, dilihat dari yang dipajang di both mereka, ada banyak buku karya siswa dan guru yang ‘tampaknya’ dibuat dengan mudahnya. Sebab di sana tidak hanya ada satu buku tentu saja, di sana ada beberapa buku dengan sampul yang menarik. Itu artinya mereka sangat konsisten dalam berkarya.
Apa formula mereka sehingga bisa melakukan hal sehebat itu?
Tentu saja hanya mereka yang bisa menjawab, tapi kalau aku boleh berbicara, SMPK 1 Penabur merupakan sekolah unggulan, dan di setiap jadwal pelajarannya ada jam khusus untuk renungan dan literasi. Aku tidak tahu apa yang dilakukan siswa ketika jam ini.
Tapi aku bisa simpulkan, untuk menyebar virus literasi adalah: memasukannnya ke dalam jadwal materi sekolah. Kalau sudah begini, maka akan besar kemungkinan siswa untuk mulai berpikir: oh ini literasi, asyik juga. PR awalnya adalah, bagaimana cara mengenalkan literasi kepada siswa dengan sesuatu yang mengasyikan dan buat mereka tertarik.
Oh tentu saja bisa dengan memberikan bacaan yang menarik dan bagus, karena mustahil kita akan suka membaca tanpa bacaan yang menarik dan bagus, kata AS Laksana.



Comments
0 Comments

Posting Komentar