Semua berawaldari mimpi yang menakutkan dan membuat Kim Yeong Hye, perempuan biasa, memilih menjadi vegetarian. Tentu saja keputusan itu berpengaruh besar terhadap keluarganya hingga kerabatnya yang lain. Orang yang terdampak paling pertama dari keputusan itu adalah suaminya: yang membuka cerita novel ini dengan sudut pandangnya.
Suaminya menikahinya karena perempuan itu yang biasa-biasa saja, tidak ada hal istimewa. Itulah kenapa ia jatuh cinta. Dan selama pernikahannya, semua juga berjalan biasa-biasa, hingga akhirnya satu masalah muncul karena si istri memilih menjadi vegetarian. Perlu dicatat, di pernikahannya yang dibilang cukup ‘tua’ itu, mereka juga belum memiliki anak satu pun.
Kadang aku berpikir tidak ada ruginya hidup bersama wanita yang agak aneh jika begini. Seakan-akan ia orang asing. Bukan, lebih tepat adik yang memasak dan membersihkan rumah untukku. Atau setidaknya keberadaannya yang mirip dengan asisten rumah tangga. (hlm. 37)
Si istri selanjutnya digambarkan seperti orang yang kehilangan jiwa warasnya, mungkin karena masa lalunya yang kelam, dan ia buat semuanya itu adalah hal yang biasa saja, sampai akhirnya semua itu meledak dan menghancurkan jiwanya. Memang, terkadang menyepelekan sesuatu hal adalah sebuah perkara lain.
Cerita berjalan begitu lancar dari sudut sang suami (namun pada bagian tertentu ada yang menggunakan sudut pandang orang ketiga). Bagaimana ia hanya makan makanan sayuran di rumahnya, bagaimana ketika ia diundang ke pesta direkturnya dan istrinya menolak hidangan daging yang disediakan dan menjadi bahan olok-olokan orang lain.
Tentu saja rumah tangga mereka tidak sehat karena itu. Dan yang membuatku tertawa geli adalah ketika si istri menolak berhubungan badan dengan suaminya karena suaminya bau daging, ketika ditanya darimana bau daging itu padahal aku sudah mandi, sang istri menjawab: dari pori-porimu!
Membaca buku ini adalah menikmati tragedi-tragedi yang begitu menyeramkan, mencekam, gelap, sepi, hitam, dan tak terkatakan.
Tragedi itu semakin menjadi ketika sang istri ditinggalkan suaminya, lalu kemudian suami dari kakak Kim Yeong Hye tertarik dengannya.
Keduanya memiliki hasrat yang gila tentang hidup, di mana sang suami kakaknya ingin menggambar bunga di tubuh sang adik istrinya, tentu saja tubuh yang telanjang bulat. Entah ketertarikan darimana, ia merasa tubuh adik istrinya itu adalah yang ia cari selama ini.
Sedangkan ia sendiri mempunyai masalah dengan istrinya (kakak Kim Yeong Hye), masalah yang tidak pernah ia dan istrinya katakan. Bahkan selama ini mereka memang jarang berkomunikasi jika ada sebuah masalah. Satu-satunya hal yang membuat pernikahan mereka bertahan adalah karena satu anak mereka yang masih kecil. Anggaplah itu profesionalitas dalam pernikahan.
Aku tertarik dengan konflik pernikahan mereka. Di mana komunikasi adalah kunci dari pernikahan tapi mereka tidak pernah melakukan itu. Yang miris adalah istrinya yang tidak pernah marah, ia selalu menyimpan amarahnya ketika: suaminya yang tidak bekerja, yang tidak pernah memerhatikannya, dan seribu masalah lainnya. Sang istri tidak pernah mengekspresikan itu. Hal itu membuat suaminya salah paham bahwa selama ini ia tidak pernah dianggap menjadi suami atau kepala rumah tangga.
Hingga akhirnya suaminya tertarik dengan adiknya sendiri dan pada suatu hari menemukan mereka (Kim Yeong Hye dan suaminya) dalam keadaan telanjang bulat yang penuh dengan cat bergambar bunga di sekujur tubuh di suatu kamar. Hal yang membuatnya yakin bahwa dua orang yang ia lihat adalah orang sinting dengan obsesi yang gila.
Novel ini merupakan pemenang Man Booker International Prize, di mana penulis Indonesia, Eka Kurniawan masuk dalam short list. Dan Eka juga mengakui bahwa novel ini adalah salah satu novel terbaik yang ia baca.
Dan pengalaman membacanya buatku, novel ini cukup menggelitik, dan membuka mataku tentang hubungan pernikahan. Membaca novel ini hanya 4x duduk, karena ceritanya yang begitu mengalir dan membuat penasaran untuk menyelesaikan sampai akhir. Terkait visual, itu sangat jelas karena bersetting di Korea, sedangkan pada suatu waktu aku sering menonton drama Korea, jadi tidak ada kesulitan.
Dan hei, novel ini membuktikan bahwa Korea Selatan tidak selalu tentang Kpop dan Drakor, karya sastranya juga patut diperhitungkan!
Pada akhirnya, Vegetarian adalah novel gelap yang dibalut dengan permasalahan pernikahan orang-orang modern yang mungkin sudah kehilangan sisi kemanusiannya. Sangat direkomendasikan untuk dibaca.***